Pemeriksaan
Mikrobiologi
Macam-macam
sampel yang dapat diambil dan cara pengambilannya :
1. Feses
Cara pengambilan
: Berikan kepada pasien 2 batang kayu dan penampungan yang sesuai dengan tutup
yang anti bocor, misalnya : gelas kaca yang bersih, wadah tertutup ulir, dll.
Instruksikan
pada pasien untuk mengumpulkan spesimen tinja pada sepotong tissue atau koran
bekas dan memindahkannya ke wadah dengan 2 batang kayu tersebut.
Syarat-syaratnya
:
-
Banyak spesimen minimal 5 gr/100gr
-
Dalam waktu 2 jam setelah pengumpulan harus
dikirim ke laboratorium, 1-4 jam
-
Diambil dalam tahap awal penyakit diare, lebih
baik sebelum pengobatan antimikroba dimulai
-
Diambil pagi hari
-
Tidak tercampur urin
-
Tidak terpapar udara dalam wadah tanpa penutup
2. Darah
Cara pengambilan
: Darah kapiler, tusukkan lanset pada jari tangan ke-3 atau ke-4, cuping
telinga, tumit (pada bayi) tempelkan ujung tabung kapiler, biarkan terisi
hingga ¾ tabung.
Darah vena,
dengan metode vena punksi lalu memasukkan darah tersebut kedalam tabung reaksi
yang berisi larutan garam dikalium EDTA.
Syarat-syaratnya
:
-
Diambil sebelum pemberian antibiotik
-
Saat pasien diperkirakan menggigil atau suhunya
naik
-
10 ml tiap pungsi vena (dewasa)
-
2-5 ml untuk (anak)
-
1-2 ml (bayi & neonatus)
-
Terdapat dalam tabung yang mengandung
antikoagulan steril (sitrat, heparin, sps)
-
Suhu 35o C
3. Cairan
Serebrospinal (CSF)
Cara pengambilan
:
-
Tusukkan bevel steril beserta styletnya diantara
vertebra lumbalis IV dan V sedalam 4-5 cm. cabut styletnya dan biarkan cairan
mengalir
-
Tampung CSF dalam 2 tabung, masing-masing 6-7
ml, syarat-syaratnya :
a.
10 menit sesudah pengambilan, pada keadaan patogen
terdapat gumpalan
b.
Jangan menunda-nunda pemeriksaan CSF
c.
Bekerjalah dengan hati dan hemat
d.
Sebelum dikirim simpan dalam suhu 37o
C dan lamanya maksimal 4 hari jika menggunakan medium transport
4. Urine
Cara pengambilan
: Urin porsi tengah ditampung kira-kira sebanyak 20 ml urin, dimana aliran urin
pertama dibuang dan aliran selanjutnya ditampung dalam wadah yang disediakan,
selesai ditampung sebelum urin habis.
Syarat-syarat :
-
Waktu idealnya adalah pada pagi hari
-
Penyimpanan spesimen pada suhu 4o C
setelah pengambilan
-
Untuk anak-anak 5-10 ml
-
Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam
-
Wadah spesimen haruslah bersih, kering dan
bermulut lebar
5. Sputum
Cara pengambilan
:
a.
Minta pasien bernapas dalam, lalu membatukkan
dengan kuat dan menampung air liurnya didalam wadah. Jika spesimen akan
dikultur bakterinya, maka tambahkan 25 ml larutan N-setil-piridinum klorida 5
gr, natrium klorida 10gr, air suling 1000 ml. tutup rapat stoples, beri label
(nama,tanggal)
b.
Metode swab tenggorokan, tekan lidah kebawah
dengan spatula lidah. Periksa dengan cermat : pus, ulkus, endapan membranosa,
eksudat, dll. Lalu usap area tersebut dengan kapas swab steril. Jangan sampai
terkontaminasi saliva. Letakkan kapas swab ditabung reaksi steril.
Syarat-syaratnya :
-
Diambil pada pagi hari sehabis bangun tidur
-
Saliva yang encer dan berbusa serta sekret
hidung dan faring tidak sesuai dipakai untuk sampel
Medium
pengiriman
1. Feses
Ditambahkan
pengawet seperti : larutan formaldehid 10 % untuk spesimen basah, larutan lugol
iodin 0,5 %, larutan fiksatif-polvinil-alkohol (PVA), larutan
fiksatif-tiomersal-iodin-formaldehid (TIF) untuk spesimen basah, memakai medium
transport Cary-Blair pada feses encer.
2. Darah
Ditambahkan
antkoagulan seperti fluorida-oksalat, larutan trinatrium sitrat 3,2 %, larutan
garam dikalium EDTA 10 %. Lama waktu pengiriman < 2 jam pada suhu 37o
C dan < 1 jam setelah pengambilan.
3. Cairan
Serebrospinal (CSF)
Medium transport
Stuart. Kemasan botol 30 ml : 8 ml medium solid. Botol ini diisi campuran udara
(90 %) dan CO2 (10 %). Lama penyimpanan maksimal 4 hari pada suhu
kamar.
4. Urine
Sampel urin yang
diambil di klinik langsung diperiksa tanpa pengawet. Jika menggunakan pengawet
maka ditambahkan asam asetat 10 %
5. Sputum
Pengiriman dengan
botol steril seperti bertutup ulir & mulut lebar. Waktu pengiriman < 2
jam jika lebih masukkan dalam lemari es.
Tujuan
pemeriksaan spesimen
1. Feses
-
Trofozoit motil
-
Vibrio cholerae dan Campylobacter spp
-
Eritrosit, debris seluler atau kelebihan lemak
-
Protozoa entamoeba histolytica, entamoeba coli,
entamoeba hartmanii, endolimax nanus, iodamoeba butschlil, dientamoeba
fragilis, giardia intestinalis, trichomonas hominis, chilomastix mesnili,
balantidium coli
2. Darah
-
Estimasi Hb, fraksi volume eritrosit,
konsentrasi jumlah eritrosit, jumlah leukosit, jumlah retikulosit, jumlah jenis
leukosit, trombosit
-
Mengukur masa perdarahan
-
Pemeriksaan retraksi bekuan, masa lisis bekuan
-
Uji sel sabit
3. Cairan
Serebrospinal ( CSF )
-
Meningitis = Neisseria meningitidis,
Streptococcus pneumonia, Haemophylus influenza
-
Perdarahan susunan saraf pusat
-
Karsinoma tertentu
-
Penentuan kadar glukosa, protein, globulin
-
Jamur Cryptococcus neoformans dan Candida
albicans (jarang)
4. Urine
-
Pendeteksian : darah, pH, glukosa, protein,
benda-benda keton, unsur-unsur abnormal
-
Pendeteksian infeksi Schistosoma haemotobium,
pendeteksian bakteri
-
Uretritis, sistitis atau nefritis
5. Sputum
-
Bakteri : BTA gr (+) atau gr (–)
-
Jamur
-
Actinomycetes
-
Parasit : telur trematoda paru dan sangat
jarang, telur skistosoma dan cacing dewasa à
Mammomonogamus laryngeus
Faktor-faktor
yang mempengaruhi interpretasi spesimen
1. Persiapan
pasien : hari/waktu, puasa/tidak puasa
2. Pengumpulan
spesimen : teknik vena pungsi, tabung yang tepat untuk spesimen, perbaiki
perlabelan sampel, pengisian tabung sampel yang berlebihan atau berkurang
3. Penanganan
spesimen : transport, pemrosesan, penyimpanan
4. Analisis
: ketepatan metode, keakuratan metode, metode manual vs otomatis
5. Pelaporan
: kalkulasi, transkripsi
Faktor-faktor
penolakan spesimen
1. Label
tidak cocok/tidak lengkap
2. Transportasi
terlalu lama
3. Penampungan
tidak sesuai, tidak steril
4. Penampungan
pecah atau/retak
5. Spesimen
ganda, kecuali darah
6. Spesimen
tidak cocok dengan permintaan , misal : anaerobik dengan transport aerobik
7. Jumlah
tidak cukup
Referensi
:
1. Vandepitte.
Verhaegen. Dkk. 2008. Prosedure
Laboratorium Dasar untuk Bakteriologi Klinis Edisi 2. Jakarta : EGC
2. Sacher,Ronald.
Richard. 2004. Pemeriksaan Laboratorium
Edisi 11. Jakarta : EGC
3. Kee,Joyce.2008.
Pedoman Pemeriksaan Laboratorium dan
Diagnostik. Jakarta : EGC
4. Mahode,
Abertus Agung. 2011. Pedoman Teknik Dasar
Untuk Laboratorium Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC