Cakupan imunologi
Dari empat
penyebab utama kematian-cedera, infeksi, penyakit degeneratif, dan kanker-
hanya dua penyebab pertama yang biasanya menimbulkan kematian penderita sebelum
usia produktif, yang berarti berpotensi menghilangkan gen. Oleh karena itu,
setiap mekanisme yang mengurangi dampak tersebut sangat berharga dalam
mempertahankan hidup, dan kita melihat hal ini dalam proses yang berurutan, pemulihan dan imunitas.
Imunitas
membahas mengenai pengenalan dan pembuangan benda asing yang masuk kedalam
tubuh, biasanya dalam bentuk mikroorganisme infeksius yang mengancam nyawa,
tetapi terkadang, sayangnya dalam bentuk transplantasi ginjal yang
menyelamatkan nyawa. Resistensi terhadap infeksi dapat berupa ‘bawaan’ (yaitu
bawaan sejak lahir dan tidak berubah) atau ‘didapat’ sebagai akibat dari
respons imun adatif.
Imunologi
adalah ilmu yang memperlajari organ, sel, dan molekul yang berperan dalam proses pengenalan dan
pembuangan, bagaimana cara orga, sel dan molekul tersebut merespons dan
berinteraksi, yang menghasilkan konsekuensi diharapkan (atas) atau sebaliknya
(bawah) dari aktivitas tersebut, dan bagaimana cara kerja organ, sel dan
molekul tersebut dimana manfaatnya dapat meningkat atau berkurang pada situasi
tertentu.
Sejauh ini
benda asing yang paling penting untuk dikenali dan dibuang adalah
mikroorganisme yang mampu menyebabkan penyakit infeksi, dan tentu saja imunitas
berawal saat benda asing masuk ke dalam tubuh. Akan tetapi, harus diingat bahwa
ini pertahanan pertama adalah menjaga agar benda asing tidak masuk, dan
berbagai pertahanan eksternal telah berkembang untuk memenuhi tujuan ini.
Apakah pertahanan ini merupakan bagian dari sistem imun hanyalah suatu
pertanyaan belaka, tetapi seorang ahli imunologi tentu diharapkan mengetahui
hal ini.
Non-self
(benda asing) istilah yang secara luas digunakan dalam imunologi,
meliputi semua yang dinyatakan berada dari zat penyusun tubuh hewan.
Mikroorganisme infektius, bersama dengan sel, organ, atau material dari hewan
lain, merupakan substansi asing terpenting dari sudut pandang imunologi, tetapi
obat dan bahkan makanan biasa, yang tentunya juga merupakan benda asing, kadang
dapat meningkatkan imunitas. Deteksi benda asing dilakukan oleh serangkaian
molekul reseptor.
Infeksi.
Virus, bakteri, protozoa, cacing atau jamur parasitik yang mencoba masuk
kedalam tubuh atau permukaan tubuh kemungkinan merupakan alasan keberadaan
sistem imun. Hewan-hewan pada kelas yang lebih tinggi dengan kerusakan atau
defisiensi sistem imun sering kali tidak mampu melawan infeksi yang dapat diatasi
oleh hewan normal.
Pertahanan
eksternal. Adanya kulit yang intak pada bagian luar dan lapisan membran
mukosa yang melapisi rongga organ dalam merupakan suatu penghalang yang kuat
terhadap masuknya organisme yang berpotensi infeksius. Selain itu, terdapat
sejumlah sekresi antimikroba (terutama antibakteri) pada permukaan kulit dan
mukosa; meliputi lisozim (juga ditemukan dalam air mata), laktoferin, defensi,
dan peroksidase. Pertahanan yang lebih terspesialisasi meliputi lambung yang
sangat asam (pH sekitar 2), mukus dan silia yang bergerak ke arah atas pada
pohon bronkus, dan protein surfaktan khusus yang mengenali dan menangkap
bakteri yang mencapai alveolus paru. Mikroorganisme yang berhasil biasanya
memiliki cara yang cerdik untuk menembus atau menghindari pertahanan ini.
Resistensi
bawaan. Organisme yang masuk kedalam tubuh sering kali dilenyapkan
dalam waktu beberapa menit atau jam oleh mekanisme bawaan lahir yang sudah ada,
sedangkan organisme lain dapat menghindari mekanisme tersebut dan bertahan hidup,
dan dapat menimbulkan penyakit kecuali bila dilenyapkan oleh imunitas adaptif.
Mekanisme ini telah berkembang untuk membuang patogen (misalnya bakteri, virus)
yang dapat menimbulkan penyakit jika tidak dihentikan. Mikroorganisme yang
tidak berbahaya biasanya diabaikan oleh sistem imun bawaan. Imunitas bawaan
juga berperan penting dalam mengawali respon imun adaptif.
Respon
imun adaptif. Perkembangan atau peningkatan mekanisme pertahanan
sebagai respons terhadap stimulus (spesifik) tertentu, misalnya organisme
infeksius. Respons ini dapat mengeliminasi mikroorganisme dan memulihkan tubuh
dari penyakit, dan sering kali memberikan penjamu suatu memori spesifik,
sehingga mampu merespons lebih efektif pada infeksi berulang dengan
mikroorganisme yang sama, kondisi ini disebut sebagai resistensi didapat.
Karena tubuh tidak mengetahui sebelumnya mikroorganisme mana yang berbahaya
atau tidak, seluruh benda asing biasanya direspon seperti benda berbahaya,
termasuk serbuk sari yang relatif tidak berbahaya, dsb.
Vaksinasi.
Metode untuk menstimulasi respons imun adaptif dan memunculkan memori
dan resistensi didapat tanpa mengalami dampak penyakit sepenuhnya. Istilah ini
berasal dari vaccinia, atau cacar sapi, yang digunakan oleh Jenner untuk
mencegah cacar.
Transplantasi.
Sel atau organ dari individu lain biasanya dapat bertahan menghadapi
mekanisme resistensi bawaan, tetapi dilawan oleh respon iun adaptif, sehingga
akan timbul penolakan.
Autoimunitas.
Sel dan molekul tubuh biasanya tidak menstmulasi respons imun adaptif
karena berbagai mekanisme khusus yang memungkinkan toleransi diri sendiri,
tetapi pada beberapa keadaan, sel dan molekul tbuh menstimulasi suatu respons
dan struktur tbuh sendiri diserang seperti layaknya benda asing, suatu kondisi
yang disebut sebagai autoimunitas atau penyakit autoimun.
Hipersensitivitas.
Terkadang hasil memori spesifik merupakan paparan berulang pada
stimulus yang sama, dan atau sebaliknya, eliminasi stimulus tersebut
menimbulkan dampak yang tidak nyaman atau merusak pada jaringan tubuh. Hal ini
disebut hipersensitivitas : misalnya alergi seperti hay fever dan beberapa
bentuk penyakit ginjal.
Imunosupresi.
Autoimunitas, hipersensitivitas, dan terutama sekali penolakan
transplan kadang membutuhkan penekanan respons imun adaptif dengan obat atau
cara lain.
Referensi
:
Playfair,JHL. Chain,BM. 2012. At a Glance IMUNOLOGI Edisi 9. Jakarta :
Penerbit Erlangga
0 komentar:
Posting Komentar